Selasa, 30 Desember 2008

BAB SKRIPSI MATEMATIKA UMS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan ( Ngalim Purwanto, 2004 : 10 ). Menurut PP no 19 tahun 2005 dan dipertegas dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Salah satu perwujudannya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif dalam tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis.

1

Menurut Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 252 ), Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Alasan tentang pentingnya matematika diajarkan kepada siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa tingkat 8 (tingkat II SLTP) Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara (TIMSS,1999). Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. (http://zainurie.wordpress.com/2007/04/13/pembelajaran-matematika-realistik-rme/ )

Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru di dalam kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna.

Pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum atau kurang paham, 3) keaktifan siswa mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif, sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik keaktifan siswa sehingga mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

Dari hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa matematika sulit dan membosankan, serta kurang dilibatkannya siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, penulis akan mengujicobakan model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu Model Pembelajaran Matematika Realistik. Model pembelajaran ini lebih ditekankan pada pembelajaran matematika dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Dengan model pembelajaran ini setiap siswa diberikan kesempatan untuk menemukan dan menerapkan konsep – konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari– hari atau masalah dalam bidang lain.

Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui model Pembelajaran Matematika Realistik dapat menggunakan kerja sama antara guru matematika dan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas. Proses penelitian Tindakan Kelas ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran matematika yang menerapkan model Pembelajaran Matematika Realistik dapat meningkatkan keaktifan siswa. Bertolak dari uraian-uraian di atas maka penulis melakukan penelitian tentang ” Penerapan Model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media Dan Berkonteks Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah 16 Surakarta”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam penelitian sebagai berikut :

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dikarenakan kurangnya minat, motivasi dan perasaan takut untuk belajar matematika sehingga mereka kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

2. Kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pokok bahasan mempengaruhi hasil belajar.

3. Adanya kemungkinan keberhasilan penggunaan model Pembelajaran Matematika Realistik berpengaruh pada keaktifan siswa dalam belajar matematika.

C. Pembatasan Masalah.

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Rancangan pembelajaran matematika yang akan diterapkan yakni menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik dengan langkah-langkah: memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali.

2. Keaktifan siswa dilihat dari antusias dan minat siswa dalam menyelesaikan soal didepan kelas, mengajukan ide/gagasan pada guru, memberi tanggapan jawaban siswa lain, membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri.

D. Perumusan masalah

Menurut uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran matematika SD kelas VI dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal ?

2. Adakah peningkatan keaktifan siswa SD kelas VI selama proses pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal yang mampu meningkatkan keaktifan siswa pada bidang studi matematika.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pembelajaran matematika, utamanya untuk meningkatkan keaktifan siswa SD kelas VI melalui model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:

a. Memberi sumbangan bagi guru matematika dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas melalui penerapan model pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

b. Memberi masukan bagi siswa bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses belajar.

c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan dalam penggunaan model pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

d. Bagi peneliti, penelitian ini untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran matematika Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal sehingga mampu meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang diterima di bangku kuliah.

e. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan atau sebagai referensi untuk penelitian yang relevan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, tinjauan teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Tinjauan teori akan membahas tentang variabel-variabel yang akan dibahas beserta indikator-indikatornya. Kerangka berpikir akan membahas atau mengulas tentang landasan teori dan hipotesis akan hubungan antar semua variabel dalam penelitian. Hipotesis tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara melalui tindakan-tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.

A. Tinjauan Pustaka

Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang sejenis. Oleh karena itu perlu mengenali penelitian terdahulu dan yang ada relevansinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lilik Handoko (2007), proses pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik akan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, hal ini kemudian berdampak pada peningkatan pemahaman konsep matematika.

8

Jaka Triyana (2004) melakukan penelitian mengenai Peranan Alat Peraga Dalam PMRI, menyimpulkan bahwa aktifitas belajar sedapat mungkin melibatkan seluruh indera pada manusia terutama pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Dalam hal ini alat peraga dapat menjembatani proses abstraksi, selain itu dapat membantu siswa menemukan strategi memecahkan masalah. Siswa menyukai materi matematika dengan pendekatan PMRI karena proses belajar mengajar lebih baik, dimana siswa lebih aktif dan kreatif , peran guru berubah dari pusat belajar mengajar menjadi pembimbing dan nara sumber ( Fauzan : 2003).

Penelitian Reni Indrasari ( 2006 ) menyimpulkan bahwa pendekatan PAKEM dapat meningkatkan respon siswa terhadap pelajaran matematika. Dengan adanya respon siswa, dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitasnya.

Ika Lusi Septiana (2004) melalui penelitiannya, menyimpulkan bahwa pemberian tindakan pembelajaran dengan pendekatan realistik yang efektif dapat meningkatkan kemampuan kelas siswa dalam memahami konsep dimensi tiga. Perubahan tingkah laku setelah tindakan tersebut adalah (1) perhatian siswa mempelajari matematika meningkat, (2) motivasi dan kemampuan siswa dalam mempelajari matematika meningkat, (3) keikut sertaan aktif siswa dalam mempelajari matematika meningkat, (4) gangguan kelas dapat dikendalikan dan proses pembelajaran matematika menjadi lancar, (5) kemandirian siswa belajar matematika menjadi lebih baik.

Rias Ernawati (2005) melakukan penelitian mengenai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Metode Discovery melalui Media Gambar. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa melalui salah satu Metode Improving Learning yaitu Discovery / Inquiry, hasil belajar matematika dapat meningkat. Peningkatan ini ditunjukkan berdasarkan refleksi dan evaluasi pada analisis data yang diperoleh, yaitu : 1) Motivasi dan perhatian siswa pada saat pembelajaran meningkat sebesar 25,75 %. 2) Partisipasi dan keaktifan siswa meningkat sebesar 22,66 %. 3) Kreatifitas dalam percobaan meningkat sebesar 23,63 %. 4) Kemampuan matematika siswa meningkat sebesar 36,05 %.

Selain hasil penelitian yang mendukung teori dan konsep permasalahan ini juga dapat dilihat dari variabel yang diteliti. Dalam hal ini peneliti akan menyajikan tabel perbedaan variabel yang diteliti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1

No

Peneliti/ Variabel

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

X11

X12

X13

1.

Lilik Handoko

v

v

v

2.

Jaka Triyana

v

v

v

v

3.

Reni Indrasari

v

v

v

v

4.

Ika Lusi Septiana

v

v

v

v

v

v

5.

Rias Ernawati

v

v

v

v

v

v

v

6.

Peneliti

v

v

v

Perbedaan Variabel – variabel yang diteliti

Keterangan :

X1 = PMR X9 = Perhatian Siswa

X2 = Alat Peraga dalam PMRI X10 = Motivasi

X3 = PAKEM X11 = Kemandirian

X4 = Discovery X12 = Kemampuan Siswa

X5 = PMR Berbasis Media & Berkonteks Lokal X13 = Prestasi Belajar

X6 = Pemahaman Kosep

X7 = Keaktifan

X8 = Kreativitas

Sedangkan peneliti sendiri akan melakukan penelitian yang menekankan pada keaktifan siswa melalui model pembelajaran PMR berbasis media dan berkonteks lokal. Dengan harapan selain dapat meningkatkan keaktifan siswa, juga dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika akan meningkat.

B. Pembahasan Teori

1. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

a. Pengertian

Pendekatan adalah suatu jalan, cara atau kebijakan. Sedangkan pendekatan belajar akan dapat membangun suatu hubungan baik sehingga siswa dapat menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan baik akan membuat jembatan menuju kesuksesan puncak siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi itu disajikan (Ruseffendi,1991:240).

Realistic Mathematics Education adalah suatu teori dalam pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa sebagai suatu sumber pengembangan dan sebagai area aplikasi melalui proses matematisasi baik horizontal maupun vertikal. Dalam matematisasi horizontal berangkat dari dunia nyata masuk ke dunia symbol sedangkan matematisasi vertikal berarti proses/pelaksanaan dalam dunia symbol (www.geocities.com/ratuilma/rme).

Menurut Freudenthal (Ahmad Fauzan, 2001), aktivitas pokok yang dilakukan dalam Realistic Mathematics Education meliputi : menemukan masalah-masalah/ soal-soal kontekstual (looking for problems), memecahkan masalah (solving problems), dan mengorganisir bahan ajar (organizing a subject matter). Hal ini dapat berupa realitas-realitas yang perlu diorganisir secara matematis dan juga ide-ide matematika yang perlu diorganisir dalam konteks yang lebih luas. Kegiatan pengorganisasian seperti ini disebut matematisasi.

Dalam Realistic Mathematics Education, siswa belajar mematematisasi masalah-masalah kontekstual. Dengan kata lain, siswa mengidentifikasi bahwa soal kontekstual harus ditransfer ke dalam soal bentuk matematika untuk lebih dipahami lebih lanjut, melalui penskemaan, perumusan dan pemvisualisasian. Hal tersebut merupakan proses matematisasi horizontal. Sedangkan matematisasi vertikal, siswa menyelesaikan bentuk matematika dari soal kontekstual dengan menggunakan konsep, operasi dan prosedur matematika yang berlaku dan dipahami siswa.(Dian Armanto, 2001).

Menurut I Gusti Putu Suharta ( 2001 : 1 ), pada artikelnya yang berjudul ” Matematika Realistik : Apa dan Bagaimana ” mengatakan bahwa PMR merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan masalah realitik sebagai pangkal suatu pembelajaran dan diharapkan selanjutnya siswa diberi kesempatan menerapkan konsep – konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari – hari atau masalah dalam bidang lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) adalah suatu model pembelajaran matematika dimana pembelajarannya menggunakan kejadian-kejadian sehari-hari sebagai dasar pembelajaran. Pada model pembelajaran ini ditekankan pada proses pemahaman konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah pada bidang yang lain, sehingga keaktifan siswa akan terus meningkat.

b. Ciri – Ciri Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR )

Menurut Marpaung ( 2003 ) ciri – ciri PMR adalah sebagai berikut :

a)Siswa aktif dalam proses pembelajaran.

b) Pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah kontekstual atau masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa. Masalah itu dapat berupa masalah yang menyajikan real world yang dijumpai dalam kehidupan nyata yang dapat dibayangkan siswa.

c)Siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah itu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

d) Guru membimbing siswa dalam menemukan atau mengkonstruksikan pengetahuan yang mereka miliki menuju pengetahuan formal.

e)Guru sebagai fasilitator.

f) Proses matematisasi sangatlah penting dalam rangka menemukan atau mengkonstruksikan pengetahuan tersebut.

g) Belajar tidak hanya dari guru, tapi juga dari kawan atau orang lain sehingga interaksi dan negoisasi adalah penting.

h) Siswa perlu melakukan refleksi, interpolasi, dan internalisasi.

c. Karakteristik PMR

Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) mempunyai lima karakteristik : (1) menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar; (2) menggunakan model sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang membantu siswa belajar matematika pada level abstraksi yang berbeda; (3) menggunakan produksi siswa sendiri atau strategi sebagai sebagai hasil dari mereka ”doing mathematics”; (4) terdapat interaksi yang terus menerus antara siswa yang satu dengan siswa yang lain juga antara siswa dengan guru; (5) keterkaitan antara unit-unit matematika dan masalah-masalah yang ada dalam dunia ini.

d. Prinsip PMR

Terdapat tiga prinsip utama dalam PMR yaitu : (1) penemuan terbimbing dan matematisasi progresif yaitu dalam mempelajari matematika, dan lain-lain; (2) fenomenologi didaktif yang berarti bahwa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan materi-materi lain dalam matematika, para siswa perlu bertolak dari masalah-masalah kontekstual; (3) self-developed models, yaitu dalam mempelajari konsep-konsep dan materi-materi matematika yang lain, dengan melalui masalah-masalah kontekstual, siswa perlu mengembangkan sendiri model-model atau cara-cara menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

e. Kelebihan PMR

1) Karena siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuannya.

2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.

3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya.

4) Memupuk kerjasama dalam kelompok.

5) Melatih keberanian siswa karena harus menjelaskan jawabannya.

6) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat.

7) Pendidikan budi pekerti, misalnya : saling kerja sama dan menghormati teman yang sedang berbicara.

2. PMRI Berbasis Media

a. Pengertian Media

Media diartikan sebagai suatu alat perantara antara pemberi dan penerima pesan. Dalam proses pembelajaran pemberi pesan adalah sumber belajar, seperti guru sedangkan sebagai penerimanya yaitu siswa yang sedang belajar. Di lain pihak media juga dapat diartikan sebagai perantara yang menjembatani antara tujuan belajar dan yang belajar ( Marpaung, 1991 : 1 ).

Menurut Djamarah dan Aswan ( 2002 : 14 ), kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang dapat diartikan dengan perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Dari pengertian – pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu perantara atau pengantar antara pemberi pesan (guru) dengan penerima pesan (siswa) dengan tujuan agar dapat membantu merangsang perhatian, perasaan, pikiran, dan minat siswa pada saat proses belajar terjadi.

b. Prinsip – prinsip pemilihan dan penggunaan

Berdasarkan pendapat Sudirman, dikutip olehDjamarah dan Aswan (2002 : 14) menyatakan bahwa terdapat tiga kategori dalam pemilihan media pengajaran, yaitu :

1) Tujuan pemilihan

Dalam memilih media yang digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, untuk sekedar hiburan, untuk pengajaran kelompok atau individu, untuk masyarakat perkotaan atau pedesaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan media yang akan digunakan.

2) Karakteristik media pengajaran

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu baik dilihat dari cara pembuatan dan cara penggunaan. Memahami karakteristik berbagai pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam kaitannya dengan ketrampilan pemilihan media. Apabila kurang memahami karakteristik media, guru akan menghadapi kesulitan saat menggunakannya.

3) Alternatif pilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang diperbandingkan.

Menurut Nana, dalam Djamarah dan Aswan (2002 :16) prinsip-prinsip penggunaan media adalah

1) Menentukan jenis media yang tepat; artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan digunakan.

2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat; artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kaematangan dan kemampuan anak didik.

3) Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam penyajian haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu dan sarana yang ada.

4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.

3. Media Berkonteks Lokal

Media yang berkonteks lokal adalah media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar sekolah. Misalkan ada salah satu sekolah yang lokasinya berada pada kawasan home industri seperti pembuatan pernak-pernik, penjahit, dan lain sebagainya. Kita dapat membuat suatu media untuk alat peraga dengan memanfaatkan sisa-sisa pernak-pernik atau kain yang sudah tidak dapat terpakai lagi.

Estiningsih, dalam Sukayati (2003:3) menyebutkan bahwa media sebagai alat peraga adalah media pembelajaran yang mengandung atau membawa ciri-ciri dari konsep yang akan dipelajari. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan sifat keabstrakan dari konsep agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga, siswa dapat memperoleh pengalaman-pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dalam pembelajaran matematika, media sebagai alat peraga dapat diartikan sebagai media yang dapat mewakili suatu konsep dari matematika. Dalam hal ini media berfungsi sebagai alat untuk menurunkan sifat abstrak dari konsep matematika, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari.

4. Keaktifan

Aktivitas belajar dilakukan dalam bentuk interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi di sini maksudnya dalam proses belajar mengajar ada beberapa kegiatan antara lain : a. aktivitas tes awal (pretest), yang dalam hal ini guru menstimulasi siswa untuk aktif mengingat kembali dan mengemukakan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan guru ; b. Guru menyajikan materi pelajaran dengan metode tertentu, sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa; c. guru mengadakan evaluasi baik dipertengahan atau pada akhir penyampaian materi; d. memberikan kesempatan siswa untuk mengevaluasi; dan sebagainya (Abdul, 2002: 132).

Sriyono (1992: 15), menyatakan bahwa ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni stimulasi, perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian dan pemindahan. Menurut Sriyono (1992: 75) yang dimaksud keaktifan disini adalah usaha yang dilakukan oleh guru pada waktu mengajar sehingga murid – muridnya dapat terlibat aktif jasmani maupun rohani dalam mengikuti pelajaran. Keaktifan jasmani atau rohani itu meliputi, antara lain :

a. Keaktifan indera, pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain-lain. Siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal, akal-akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

c. Keaktifan ingatan : pada menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi : dalam hal ini siswa hendaknya senantiasa berusaha mencintai pelajarannya karena akan berdampak positif pada hasil studinya.

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus dapat membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun bertindak. Dengan aktivitas siswa, kemungkinan pelajaran akan berkesan dan dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya : keaktifan dalam bekerjasama dengan anggotanya, mengerjakan soal di depan kelas, mengajukan ide/tanggapan pada guru, membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri.

Menurut Nana Sudjana (2000:72) mengemukakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dari:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Untuk dapat menarik keterlibatan siswa dalam pembelajaran, guru harus berbicara dengan bahasa hati siswa. Membina hubungan baik bisa memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu fokus.

Setelah mencermati pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah aktivitas siswa dalam proses belajar baik fisik, intelektual, dan emosional. Keaktifan dalam pembelajaran meliputi keaktifan dalam bertanya, mengemukakan ide dan mengerjakan soal.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika haruslah dipahami sebagai keaktifan melakukan matematisasi baik horizontal maupun vertikal yang memuat kegiatan refleksi dan interpretasi.

5. Langkah – langkah Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik

1) Memahami masalah kontekstual

Guru memberikan masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan sehari – hari siswa dan meminta siswa untuk menjelaskan masalah tersebut.

2) Menjelaskan masalah kontekstual

Beberapa siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang dipahami dari masalah kontekstual tersebut.

3) Menyelesaikan masalah kontekstual

Siswa secara individu atau kelompok menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri.

4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok, kemudian diperiksa dan diperbaiki selanjutnya didiskusikan didalam kelas.

5) Menyimpulkan

Dari hasil diskusi, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan terhadap suatu konsep yang mereka pelajari.

6. Pembelajaran Matematika Pada Sistem Koordinat Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal

a. Langkah – langkah model pemerolehan konsep dengan pembelajaran matematika realistik berbasis media dan berkonteks lokal apabila diterapkan dalam pembelajaran

1) Memahami masalah kontekstual

Gambar 2.1



Guru membawa contoh real yaitu denah tempat tinggal. Guru mengajak siswa untuk mengamati dan mendiskripsikan denah tersebut. Siswa diajak untuk menyebutkan batas – batas tempat tinggal Amar dan Dina.


2) Memeriksa kebenaran pemerolehan pengertian atau konsep tertentu untuk memeriksa kebenaran pemerolehan konsep sistem koordinat. Siswa disuruh menyebutkan batas-batas letak benda yang ada disekitar lingkungan sekolah, membuat denah rumah mereka masing-masing, dan menyebutkan letak suatu kota pada peta.

3) Menganalisis cara berpikir bagaimana memperoleh konsep

a) Dari pengertian membaca dan membuat denah letak benda, guru mengarahkan siswa untuk memperoleh konsep sistem koordinat.

b) Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.

c) Setelah diskusi diadakan tanya jawab dan posisi guru bertindak sebagai penengah.

d) Guru memberikan penegasan tentang sistem koordinat agar siswa tidak bingung.

Ø Sistem Koordinat Kartesius terdiri atas sumbu mendatar (sumbu-x) dan sumbu tegak (sumbu-y). Fungsi kedua sumbu tersebut adalah untuk menentukan letak suatu titik.

Ø Titik-titik pada koordinat Kartesius merupakan pasangan titik pada sumbu-x dan sumbu-y (x, y). Di mana x disebut absis dan y disebut ordinat. Perpotongan antara sumbu-x dan sumbu-y di titik 0 (nol) disebut pusat koordinat.

4) Menggunakan pengertian, kesimpulan, batasan atau cara pemerolehan ke dalam kehidupan sehari – hari

Jawab :

Diketahui : Sri berjalan ke selatan, sesampainya di ddddddddddddddperempatan jalan ia belok ke kanan.

Ditanyakan : Sekarang Sri berada di jalan ....?

Jawab : Jalan ke arah selatan bernama Jalan Mawar

Jalan ke arah barat bernama Jalan Anggrek

Jalan ke arah timur bernama Jalan Tulip

Sri berjalan dari arah utara, sesampainya di dddddddddddperempatan ia belok ke kanan, berarti ia dddddddddddberjalan ke arah barat yakni menuju Jalan aedsdsdsdsdsAnggrek.

Jadi, ia sekarang berada di Jalan Anggrek.

b. Sistem Koordinat

1. Koordinat




Amatilah gambar di atas.

1. Gambar topi terletak pada kotak pertemuan antara angka 1 dan huruf A, ditulis (1, A).

2. Gambar jam terletak pada kotak pertemuan antara angka 2 dan huruf C, ditulis (2, C).

3. Gambar kamera terletak pada kotak pertemuan antara angka 4 dan huruf B, ditulis (4, B).

Pasangan angka dan huruf (1, A); (2, C); (4, B) dinamakan koordinat.

Koordinat adalah bilangan yang dipakai untuk menunjukkan lokasi suatu titik di garis permukaan atau ruang.

2. Sistem Koordinat

Gambar tersebut disebut Koordinat Kartesius. Sistem Koordinat Kartesius terdiri atas sumbu mendatar (sumbu-x) dan sumbu tegak (sumbu-y). Fungsi kedua sumbu tersebut adalah untuk menentukan letak suatu titik.

Titik-titik pada koordinat Kartesius merupakan pasangan titik pada sumbu-x dan sumbu-y (x, y). Di mana x disebut absis dan y disebut ordinat. Perpotongan antara sumbu-x dan sumbu-y di titik 0 (nol) disebut pusat koordinat.

Berdasarkan sistem koordinat Kartesius tersebut kamu dapat memperoleh informasi berikut ini.

1. Titik A terletak pada koordinat (1, 3).

2. Titik B terletak pada koordinat (0, 4).

3. Titik C terletak pada koordinat (–2, 1).

4. Titik D terletak pada koordinat (4, –2).

5. Titik E terletak pada koordinat (2, –4).

Agar dapat menentukan letak titik pada bidang koordinat, perhatikan contoh berikut.

Contoh 1

Tentukanlah letak titik A pada bidang koordinat (2, 1) yang ditulis A(2, 1).

Jawab:

Bergeraklah pada bidang koordinat 2 satuan dari titik 0 (nol) ke arah kanan. Kemudian, bergeraklah 1 satuan ke atas.

Contoh 2

Tentukanlah letak titik B pada bidang koordinat (–3, –1) yang ditulis B(–3, –1).

Jawab:

Bergeraklah 3 satuan dari titik 0 (nol) ke arah kiri. Kemudian, bergeraklah 1 satuan ke bawah.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir yang ditentukan oleh suatu angka atau nilai, akan tetapi efek lain yang dilihat dari segi tingkah laku atau sikap siswa, diantaranya adalah keaktifan siswa. Siswa perlu diberikan suatu motivasi dan perhatian agar mereka aktif dalam proses pembelajaran.

Siswa perlu membiasakan aktif dalam proses pembelajaran di kelas, karena dengan kebiasaan mereka yang selalu aktif khususnya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan hidup sehari-hari yang berkaitan matematika, mereka akan mudah dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada dalam lingkungan sekitar mereka. Dengan kebiasaan siswa aktif sejak dini akan memberikan dampak atau manfaat yang besar kelak untuk kehidupan masa depannya.

Untuk melatih siswa bersikap aktif dalam belajar diperlukan usaha guru yang maksimal. Karena keaktifan siswa muncul secara perlahan dan bertahap-tahap, maka seorang guru harus memberikan suatu perhatian dan motivasi agar siswa mempunyai semangat dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan situasi belajar. Untuk membuat siswa lebih aktif maka sangat diperlukan suatu metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat, salah satu diantaranya adalah melalui pembelajaran realistik berbasis media dan berkonteks lokal.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena dalam model pembelajaran ini menggunakan media yang ada di sekitar tempat tinggal siswa sebagai alat peraga, sehingga siswa akan lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar matematika. Dengan demikian, siswa secara perlahan-lahan akan lebih aktif dalam belajar matematika.

Dari pemikiran tersebut dapat digambarkan pola pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :

D. Hipotesis Tindakan

Dari refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : ” Penerapan model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika.”

BAB III

METODE PENELITIAN

Prosedur penelitian sebagai pertanggungjawaban metode pada penelitian ini adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas dan peneliti di lingkungan sekolah. Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga dilakukan diskusi untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengamatannya. Diskusi bersama antara peneliti dan guru dikembangkan dalam setiap penyusunan perencanaan berikutnya, dan diskusi berdasarkan hasil siklus yang telah dilakukan.

Pelaksana tindakan peneliti adalah peneliti yang berperan sebagai guru kelas. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat bersama antara peneliti dengan guru kelas, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran matematika dengan penerapan model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

s

Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti bersama guru matematika. Pengamatan dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah disiapkan. Kejadian – kejadian penting selama proses tindakan berlangsung yang bukan termuat dalam pedoman observasi dibuat catatan lapangan.

Refleksi dilaksanakan oleh peneliti bersama guru matematika. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi makna, menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan kesimpulan pada kegiatan refleksi ini dibuat suatu perencanaan untuk siklus berikutnya dibuat, atau tindakan penelitian dipandang cukup.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 16 Surakarta yang berlokasi di Karangasem Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah empat bulan. Adapun rincian waktu penelitian ini dapat dibagi dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal Pelaksanaan

Bulan Pelaksanaan Tahun 2008

Oktober

November

Desember

Januari

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1.

Tahap Persiapan

a. Kajian Studi Pustaka

b. Pembuatan Desain Penelitian

c. Konsultasi Rancangan Penelitian

d. Perumusan Rancangan Penelitian

e. Penyusunan Rancangan Penelitian

f. Pengurusan Izin penelitian

2.

Tahap Pelaksanaan

a. Perencanaan Tindakan

b. Implementasi Tindakan

c. Pengamatan Kelas

d. Refleksi

e. Analisis dan Interpretasi Data

f. Perumusan Hasil Kegiatan

3.

Tahap Penyelesaian

a. Penyusunan Kerangka Laporan

b. Penulisan Laporan

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai subyek yang memberikan tindakan. Kepala sekolah di SD Muhammadiyah 16 Surakarta bertindak sebagai subyek penelitian yang membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Sedangkan sebagai penerima tindakan adalah siswa kelas VI SD Muhammadiyah 16 Surakarta tahun ajaran 2008/2009.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan berbasis kelas kolaboratif. Suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional, kondisional dan kontekstual, berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di SD. Guru matematika dan kepala sekolah bersama peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan keaktifan siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu : 1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan, 3) pelaksanaan tindakan, 4) observasi dan monitoring, 5) refleksi, 6) evaluasi dan 7) penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman.

Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :




Gambar 3.1

Siklus Pelaksanaan Penelitian

Dari langkah-langkah penelitian menurut Kemmis & Mc. Taggart, peneliti menggunakan langkah-langkah tindakan yaitu :

1. Dialog Awal

Dialog awal dilakukan oleh peneliti, guru dan kepala sekolah untuk pengenalan dan diskusi membahas masalah dan cara-cara peningkatan keaktifan yang berfokus pada interaksi antara guru dan siswa.

Dalam dialog awal dibicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan, sehingga diperoleh kesepakatan untuk menangani masalah peningkatan keaktifan siswa melalui pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

2. Perencanaan Tindakan Pembelajaran

Perencanaan tindakan ini mengacu pada hasil dialog awal yang telah dirumuskan fokus permasalahan. Pada perencanaan tindakan ini melibatkan guru kelas yaitu memadukan hasil pengalaman serta persepsi guru terhadap siswa selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Dari hasil dialog awal diharapkan dapat membangun kesadaran tentang pentingnya meningkatkan keaktifan siswa. Selanjutnya disusun langkah-langkah persiapan tindakan pembelajaran yang terdiri dari :

a. Identifikasi masalah

Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa. Tindakan yang diterapkan pada identifikasi masalah adalah:

1). Bagaimana memanfaatkan model pembelajaran yang digunakan yaitu Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

2). Bagaimana pengalaman guru matematika dalam meningkatkan keaktifan siswa dari tahun ke tahun.

3). Bagaimana mengusahakan siswa mampu dan berperan serta aktif dalam pembelajaran, dengan menggunakan media berkonteks lokal dan terjadi perubahan perilaku setelah pembelajaran.

b. Perencanaan Solusi Masalah

Solusi yang ditawarkan peneliti untuk mengatasi masalah peningkatan keaktifan siswa adalah menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal. Dengan pendekatan matematika realistik, diharapkan siswa tertarik dan senang belajar matematika yang akhirnya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.

Adapun perencanaan tindakan dari tiap – tiap putaran terdiri dari :

a. Perencanaan Tindakan Putaran I

Model pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) dengan menggunakan alat peraga / media berkonteks lokal. Tindakan pembelajaran yang disarankan adalah : 1) Membangun hubungan baik; 2) Memberikan tujuan, inti materi, dan kegiatan yang akan dilaksanakan; 3) Mendorong dan membimbing siswa untuk aktif dan kreatif; 4) Merespon setiap perilaku siswa; 5) Memberikan latihan soal beserta langkah – langkahnya.

Materi ajar yang disampaikan adalah pokok bahasan Sistem Koordinat. Pada putaran ini membahas materi ajar yaitu : 1) Membaca denah letak benda, 2) Membuat denah letak benda. Guru memberikan suatu permasalahan atau contoh dalam kehidupan sehari – hari dibantu dengan alat peraga yang ada di sekitar lingkungan siswa. Siswa dituntut aktif dan kreatif dalam memunculkan ide – ide baru yang nantinya terjadi suatu kesepakatan yang merupakan jawaban dari permasalahan tersebut. Setelah terjadi suatu kesepakatan, guru memberikan penjelasan dan keterangan tambahan agar siswa tidak bingung. Dalam hal ini guru mendorong dan membimbing siswa untuk menyampaikan idenya serta menyuruh siswa lain untuk mencermati jawaban dari teman dan guru merespon setiap pendapat dari siswa. Adapun materi pelajaran pada tindakan kelas putaran I disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.2

Materi pelajaran pada tindakan kelas putaran I

Waktu Pelaksanaan

Materi Ajar

Waktu

Alat Peraga

Januari Minggu Awal

A. Membaca dan Membuat Denah Letak Benda

70 menit

Denah sekolah, denah rumah siswa.

b. Perencanaan Tindakan Putaran II

Perencanaan tindakan kelas putaran II, yang berkaitan dengan pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, tindakan pembelajaran berdasarkan perencanaan putaran I yang telah terevisi. Materi ajar yang akan disampaikan adalah koordinat letak suatu benda dan koordinat letak suatu tempat pada peta.

Pembahasannya mengenai suatu permasalahan, guru terlebih dahulu memberikan sedikit penjelasan yaitu dengan memberikan contoh suatu permasalahan yang dibantu dengan alat peraga. Siswa diajak untuk aktif dalam proses belajar di kelas.

Menggunakan alat peraga yang ada di sekitar lingkungan siswa sangat membantu dalam kegiatan pembelajaran matematika karena dengan menggunakan alat peraga minat siswa akan muncul. Guru memperbanyak latihan siswa dengan tujuan agar siswa akan lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika.Dalam pembelajaran ini guru berperan membimbing dan mengarahkan tindakan yang akan dilakukan siswa. Materi pembelajaran pada tindakan kelas putaran II secara garis besar disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.3

Materi pelajaran pada tindakan kelas putaran II

Waktu Pelaksanaan

Materi Ajar

Waktu

Alat Peraga

Januari Minggu Kedua

B. Koordinat

1. Koordinat posisi suatu benda

2. Koordinat Letak Tempat pada Peta

70 menit

Gambar, uang koin, peta, lantai yang berpetak

c. Perencanaan Tindakan Putaran III

Perencanaan tindakan kelas putaran III, yang berkaitan dengan pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, tindakan pembelajaran berdasarkan perencanaan putaran II yang telah terevisi. Materi ajar yang akan disampaikan adalah sistem koordinat kartesius.

Pembelajaran pada putaran ketiga diawali dengan membahas PR ( Pekerjaan Rumah ) dan menanyakan hal – hal yang belum jelas pada materi sebelumnya. Pembahasannya mengenai suatu permasalahan, guru terlebih dahulu memberikan sedikit penjelasan yaitu dengan memberikan contoh suatu permasalahan yang dibantu dengan alat peraga. Dalam pembelajaran ini guru berperan membimbing dan mengarahkan tindakan yang akan dilakukan siswa. Materi pembelajaran pada tindakan kelas putaran III secara garis besar disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4

Materi pelajaran pada tindakan kelas putaran III

Waktu Pelaksanaan

Materi Ajar

Waktu

Alat Peraga

Januari Minggu Ketiga

C. Sistem Koordinat Kartesius

  1. Menggambar bidang artesius
  2. Menentukan posisi titik pada sistem koordinat
  3. Menggambar bangun datar pada koordinat kartesius.

70 menit

Siswa, tali rafia biru, tali rafia merah, gelas, lantai yang berpetak.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru kelas VI. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal dalam usaha ke arah perbaikan.

Pada tahap ini dalam pelaksanaan pengajaran di kelas lebih mengarah pada substansi yang menjadi permasalahan pokok untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal.

Tindakan ini mengacu pada pembelajaran dengan model pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal, di mana peneliti selalu berusaha menghadirkan persoalan-persoalan aktual di dunia nyata yang relevan.

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama 2 – 3 minggu dengan melaksanakan 3 tahap tindakan atau putaran, dimulai pada minggu pertama dan berakhir pada minggu ketiga bulan Januari.

4. Observasi dan Monitoring

Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanakan, berorientasi ke masa yang akan datang bagi kegiatan refleksi.

Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas. Dalam hal ini, observer hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian.

Observasi ini dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dikenakan terhadap siswa, khususnya keaktifan siswa. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru matematika yang dibekali dengan pedoman observasi. Waktu pelaksanaan observasi disesuaikan dengan jadwal jam pelajaran matematika kelas VI SD Muhammadiyah 16 Surakarta semester 2.

5. Refleksi

Pelaksanaan refleksi ini berupa diskusi yang dilakukan peneliti dan guru matematika untuk menelaah hasil tindakan yang telah dilakukan. Refleksi ini dilakukan setiap akhir pelajaran matematika. Secara informal setiap hari kerja diadakan dialog antara peneliti dan guru matematika untuk membahas yang perlu penanganan segera.

6. Evaluasi

Evaluasi hasil pengamatan dilakukan untuk mengkaji hasil perencanaan, observasi dan refleksi penelitian pada setiap pelaksanaan PTK. Masing-masing analisa akan dijabarkan melalui tabel sebagai laporan penelitian. Pada proses ini diantaranya mencakup penyeleksian, penyederhanaan, pemfokusan, pengabstraksian, dan pengorganisasian data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam setiap tindakan. Penyajian ini dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan demikian analisis deskriptif kualikatif dalam penelitian tindakan ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode pokok

Metode pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Teknik observasi digunakan untuk mengamati siswa dalam interaksi pelajaran matematika. Metode observasi dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung dengan teliti, cermat, dan hati-hati terhadap fenomena yang terjadi pada saat pembelajaran matematika kelas VI SD Muhammadiyah 16 Surakarta dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.

2. Metode Bantu

Metode bantu dalam penelitian ini berupa metode wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi:

a. Metode Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti dengan guru matematika dan siswa. Wawancara peneliti terhadap siswa dilakukan sendiri ( Instructure Interview ) maksudnya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis. Hal ini dimaksudkan agar wawancara dapat berlangsung luwes dan terbuka. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapat informasi secara langsung dalam mengungkap pertanyaan-pertanyaan pada responden. Bentuk wawancara dalam penelitian ini mencakup : (i) wawancara tidak terencana dimana pembicaraan dilakukan secara informal antar pelaku penelitian; (ii) wawancara terencana tidak terstruktur yaitu satu, dua pertanyaan pembukaan dari pewawancara, tetapi setelah itu pewawancara memberi kesempatan bagi responden untuk memilih obyek yang akan dibicarakan; (iii) wawancara terstruktur yaitu pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Ini bertujuan mencari jawaban dari hipotesis.

b. Catatan Lapangan

Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru. Catatan pengamatan adalah pernyataan tentang semua peristiwa yang dialami, dilihat dan didengar. Setiap pengamatan mewakili semua peristiwa yang penting dalam setiap tindakan yang dimasukkan dalam proposisi suatu konteks. Dalam hal ini catatan lapangan digunakan adalah catatan lapangan terhadap peristiwa – peristiwa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan nomer induk siswa dengan melihat dokumen untuk yang ada dalam sekolah.

F. Instrument Penelitian

1. Definisi Opersional Variabel

a. Peningkatan

Pada penelitian ini yang dimaksud peningkatan adalah usaha menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan. Kriterianya bersifat normatif dalam, yaitu hasil tindakan dianalisis dengan metode alur kemudian dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

b. Keaktifan

Keaktifan siswa adalah kegiatan siswa serta peran siswa dalam pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas. Pada penelitian ini yang dimaksud keatifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah keaktifan siswa untuk bertanya, mengemukakan ide, dan keaktifan mengerjakan soal ke depan kelas.

c. Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal

Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal merupakan salah satu metode yang menekankan pada pengajaran matematika dengan menggunakan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa sebagai media / alat untuk menurunkan sifat abstrak dari konsep matematika, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang sedang dipelajari. .

2. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas dengan menjaga validitas isi. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi – kisi instrumen, atau matriks pengembangan instrumen. Dalam kisi – kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan dan pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi – kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Suatu instrumen yang valid mempunyai nilai validitas yang tinggi, sebaliknya suatu instrumen yang kurang valid mempunyai validitas yang rendah.

Pedoman observasi disusun berdasarkan indikator aktivitas guru dan siswa, yaitu situasi kelas, keaktifan, dan respon dalam tanya jawab maupun dalam diskusi kelompok. Pedoman observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui model Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal. Hal – hal yang perlu diobservasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Observasi tindak mengajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran.

b. Observasi tindak belajar yang berkaitan dengan reaksi dan inisiatif siswa dalam pembelajaran matematika.

c. Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum terekam.

3. Uji validitas

Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Syaifudin Azwar (1998:88) validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh test itu. Pengertian mencakup keseluruhan isi adalah bahwa test tersebut tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini mengukur validitas isi berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) tahun 2006 untuk SD. Sedangkan dalam hal pemeriksaan indikator-indikator pada item-item soal test dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru matematika SD yang diteliti beserta 2 dosen pembimbing.

G. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode alur. Menurut Miles dan Huberman (Sutama, 2000:104) langkah - langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data. Yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji kemudian membuat rangkuman untuk setiap pertemuan dan tindakan kelas. Berdasarkan rangkuman yang dibuat kemudian peneliti melaksanakan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur – unsur sebagai berikut:

a) Memilih data atau dasar relevansi

b) Menyusun data dalam satuan – satuan sejenis

c) Menfokuskan penyederhanaan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan

2. Penyajian Data

Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Dengan cara menampilkan data dan membuat hubungan antara variabel peneliti mengerti apa yang terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

3. Verifikasi Data

Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak tindakan dilaksanakan verifikasi data dilakukan pada setiap tindakan yang pada akhirnya dipadukan menjadi kesimpulan.